Paparan Sunda dan Sahul


Sundaland (Paparan Sunda) dan Sejarahnya

Istilah Sundaland atau Sunda Shelf yang di dalam bahasa Indonesia disebut dengan Paparan Sunda adalah nama sebuah dataran luas yang dulunya pada masa jaman es terakhir meliputi kawasan yang sekarang disebut sebagai Semenanjung Malaysia, Laut Cina Selatan, Sumatra, Jawa dan Kalimantan beserta selat/laut yang berada di antara pulau-pulau tersebut (Selat Malaka,Karimata,Sunda dan Laut Jawa).
Istilah Sunda sebagai nama tempat, pertama kali disebut oleh ahli ilmu bumi dari Yunani, Ptolemaeus dalam bukunya Geographike Unphegesis (150 M), ia menyebutkan, lempengan daratan dan pegunungan yang membentang dari daratan Asia sampai Pasifik disebut sebagai pegunungan Sunda. Sehingga pulau-pulau besarnya disebut dengan kepualauan Sunda Besar (greater Sunda islands), dan pulau-pulau kecilnya disebut dengan kepulauan Sunda Kecil (lesser Sunda islands).
Dari penelurusan kepustakaan, kata Sunda seperti dikatakan Rouffaer (1905), merupakan pinjaman kata dari kebudayaan Hindu.Tentang arti kata Sunda, beberapa pustaka menyatakan bahwa kata “Sunda” kemungkinan berasal dari kata Sansekerta “sund” atau “suddha” yang artinya terang, bersinar, putih, bersih, suci, murni, tak tercela, air, atau waspada. Beberapa pustaka bahkan menyebutkan dulu ada Gunung Sunda, induk Gunung Tangkubanperahu yang sangat tinggi dan puncaknya bersalju sehingga dari jauh terlihat terang, putih dan bersinar, sehingga disebut Gunung Sunda.
Adalah Earle (1845) yang pertama kali mengenali adanya suatu paparan laut dangkal di Indonesia Barat yang merupakan salah satu dari paparan-paparan terbesar di dunia. Earle (1845) menyebut paparan tersebut Great Asiatic Bank. Di Indonesia Timur di wilayah sebelah utara Australia, Earle (1845) pun mengenali paparan laut dangkal lain yang disebutnya Great Australian Bank.
Kemudian, setelah 75 tahun kemudian, setelah ekspedisi marin Siboga, Molengraaf dan Weber (1919) mendetailkan kedua paparan yang dikenali Earle (1845) tersebut dan masing-masing menyebutnya sebagai Paparan Sunda untuk Great Asiatic Bank dan Paparan Sahul untuk Great Australian Bank.
Molengraaf pun mengajukan argumen bahwa paparan-paparan laut dangkal ini merupakan daratan peneplain yang tenggelam oleh transgresi marin setelah glasiasi Plistosen. Di dasar laut Paparan Sunda bahkan Molengraaf masih bisa mengenali sistem-sistem sungai yang tenggelam yang terdiri atas sungai-sungai di Selat Malaka, sungai-sungai di Laut Cina Selatan (Sungai Sunda Utara) dan sungai-sungai di Laut Jawa (Sungai Sunda Selatan). Maka, sistem sungai-sungai ini yang tenggelam di bawah Paparan Sunda suka disebut sungai-sungai Molengraaf.
Sebagai daratan yang tenggelam, maka Molengraaf pun menyebut kawasan ini sebagai Daratan Sunda atau Sundaland, yang didefinisikannya sebagai wilayah benua yang telah mempertahankan stabilitasnya sejak ujung Pliosen. Wilayah Paparan Sunda dan Daratan Sunda ini terletak di antara Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Malaka.

Mengikuti Molengraaf, van Bemmelen (1949) mendefinisikan Paparan Sunda sebagai laut dangkal, yang kedalaman umumnya kurang daripada 100 meter, meliputi Teluk Thailand, Selat Malaka, bagian baratdaya Laut Cina Selatan, Laut Jawa dan bagian baratdaya Selat Makassar. Dengan luas 1.850.000 km2 (Krummel, 1907), maka Paparan Sunda adalah paparan paling luas dan paling koheren di dunia.
Konsep modern tentang Sundaland mendefinisikannya sebagai sebuah massa daratan (landmass) di Asia Tenggara yang timbul sebagai massa daratan di atas muka laut pada kala Plistosen (Ben-Avraham, 1972; Hutchison, 1989). Hasil penelitian geologi (Nontji, 2002) dapat menunjukkan jejak sejarah paparan ini. Muka laut naik dan turun sesuai dengan periode deglasiasi dan glasiasi. Pada 170.000 tahun lampau, muka laut 200 meter lebih rendah daripada yang sekarang. Itulah saat eksistensi Daratan Sunda. Muka laut seperti sekarang dicapainya pada 1000 tahun lampau.
Konsep modern pun menyatakan bahwa Sundaland bukan satu massa benua yang koheren, tetapi merupakan gabungan (amalgamasi) dari banyak benua-mikro atau terrane yang berasal dari Gondwana pada sebelum Mesozoikum. Benua-benua kecil ini terpisah dari Gondwana, hanyut ke utara, kemudian saling berbenturan satu sama lain dan bergabung membentuk Sunda Land. Pada menjelang akhir Trias dan awal Yura, penggabungan benua-benua kecil ini membentuk Daratan Sunda telah selesai (Metcalfe, 1988; Hutchison, 1989).
Ketika pada Kala Holosen terjadi deglasiasi, saat lapisan-lapisan es mencair,maka tengelamlah Daratan Sunda oleh transgresi marin, dan kini kita mengenalnya sebagai Paparan Sunda, sebuah laut dangkal hasil penenggelaman Daratan Sunda.


bebas

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog Saya Semoga Bermanfaat